Jumat, 13 Januari 2012

TO ANGEL

Antarkan aku ke surgamu
Agar kutau dimana tempatku
Bawalah ku terbang ke sana cintaku

Antarkan aku ke surgamu
Dari kelemahan hatiku

Saat hilang kian tenggelam
Mohon apungkan beban di jiwa

Saat Dia tunjukkan engkau untukku
Bangunkanlah aku dari jatuhku dari jatuhku
Bila akhirnya semua berbeda
Nantikanlah aku di batas waktumu
Hingga waktu kan tunjukkan
Kau satu untukku

Antarkan aku ke surgamu
Dari kelemahan hatiku

Saat hilang kian tenggelam
Mohon apungkan beban di jiwa

Saat Dia tunjukkan engkau untukku
Bangunkanlah aku dari jatuhku dari jatuhku
Bila akhirnya semua berbeda
Nantikanlah aku di batas waktumu
Hingga waktu kan tunjukkan
Kau satu untukku.

MISSING

Apa yang membuat seseorang bisa merasakan rindu? Atau kapan seseorang itu dapat merasakan rindu? Tidak sedikit orang yang menangis karena menahan rindu, ingin bertemu tapi tidak sampai rasa ingin bertemu itu. Berbagai alasan, mungkin saja karena sangat jauh dan tidak bisa ditempuh hanya dengan satu jalan, satu kendaraan, atau sekedar berjalan kaki. Inginya kalau sudah sedang rindu itu, seseorang yang dirindukan bisa datang dan ada di hadapan kita dalam sekejap mata. Trrriiing! Tarrrrraaaaaa, seseorang dengan manisnya menyapa sambil menutup mata kita dengan tangannya, lantas membukanya perlahan dan memberikan senyum indah saat mata kita terbuka... (mimpi!).
Khayalan-khayalan yang ada menggambarkan berbagai macam visualisasi, baik itu kenangan atau pun harapan. Tangisan menghiasi khayalan itu, sering kali juga senyuman bahkan tawa. Namun lebih banyak yang mengirim doa terbaik untuk yang dirindukan. Alangkah lebih baik didoakan daripada ditangisi. Buatlah ia yang dirindukan itu merasa tenang dan nyaman meskipun ia jauh dari kita, di dekat kita-- ia merasa nyaman, di sana ia jauh namun tetap merasa tenang. Percayakan bahwa disana ia juga merindukan kalian.

"Rinduku menyatu pada dinding bisu
Ruang ini serasa menghimpit
Aku hanya tertunduk pandangi kaki
Yang seolah lumpuh
Jika harus menujumu
Mengapa ku tak mampu hentikan debar
Saat mengingatmu
Kasih..., Kurindu...."

Teruntuk : My Love

SEJENAK SAJA BICARA TENTANG CINTA

Cerita seperti apa yang kalian inginkan, apa masih seputar cinta yang termehek-mehek kadang juga gila atau bisa juga disebut bodoh? Hmm...saya rasa, bukan saya pikir karena bicara soal cinta tidak jarang jauh dari logika, tidak masuk akal, atau bahkan bodoh. Semua buta karena cinta, semua juga bisa gila karena cinta, semua pun bisa mati karena cinta, intinya semua bisa jadi bodoh cuma karena cinta. Benarkah itu? Bisa dibenarkan kah itu? Entahlah...Yang saya tahu, dan sesungguhnya cinta tidak dapat dipersalahkan kalau urusan pembodohan seperti yang saya singgung di atas. Yang saya pahami, bahwa cinta itu dimiliki oleh manusia. Ya', ia tidak terlahir, melainkan bagian dari sesuatu yang dinamakan hati. Tuhan menghembuskan cintanya kepada setiap insan yang ada di muka bumi, mengamanahkannya pada manusia untuk dijaga dan digunakan sebagaimanamestinya. Tidak untuk sembarang dijual atau digadai, hanya boleh diberikan dengan tulus dan niat yang suci. Agar buah cinta itu lahir dengan sempurnanya, nikmat yang tak hanya sesaat melainkan nikmat sepanjang masa sampai akhir hayat manusia dan dunia. Namun sekarang, cinta sudah berubah makna, ada yang bilang cinta itu bagai emas. Sebagian orang mengartikan cinta sebagai emas yang berkilau tapi ada juga yang mengartikan cinta sebagai emas yang hanyut di sungai. Haaa....., aneh-aneh saja! Banyak yang memaki bahkan menghujat cinta, tidakkah disadari bahwa cinta itu salah satu nikmat yang diberikanNya kepada kita, manusia. Tahukan.... bahwa cinta yang bersemayam dalam hati manusia adalah kado Tuhan untuk insannya? Setiap amarah yang ada dalam dirimu, tidak seberapa besar dibanding dengan amarah dan murka Tuhan. Setiap iba yang muncul dalam dirimu, tidak seberapa besar dibanding kasih yang diberikan Tuhan kepada umatNya. Begitu juga cinta..., seberapa besar cinta yang kau punya, tidak seberapa besar dibanding cinta sang Maha Cinta.   "Love isn't God, but God is love"

KOSONG

Aku dibentuk dari nilai-nilai yang tak memberi tempat pada sebuah pemberontakan untuk cinta. Aku dibentuk oleh sistem yang mengerangkeng cinta atas nama moralitas dan norma-norma sosial lainnya. Tapi kesadaran ini datang terlalu lambat. Aku akhirnya hanya menjadi serumpun pohon bambu yang membiarkan setan-setan hidup dan bersembunyi di balik kerimbunannya.
Bagiku kamu bukan sekedar seseorang yang biasa. Namun, kamu telah berdiam di keremangan hatiku, berkilat bagaikan sebutir mutiara di dasar lautan, berdiam dalam jarak gelombang cahaya melalui atmosfer yang tak terukur jaraknya. Kamu yang menentukan warna matahri yang berubah-ubah, dari pagi hingga senja sampai malam tiba. Dalam jarak yang sangat abstrak, kamu sudah berada di dunia paradoks warna.
Kamu ada, tapi tak ada, seperti warna yang terdapat dalam cahaya. Cahaya yang bagi mata manusia kelihatan tidak berwarna. Karena... Engkaulah gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan. Engkaulah penunjuk jalan palung kekosongan dalam samudera terkelam. Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang. Menuju tempat tak berwarna namun terasa ada.

"Ajarka aku, melebur dalam gelap tanpa harus lenyap. Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut. Bangun dari ilusi namun tak memilih pergi. Tunggu aku, yang hanya selangkah dari bibir jurangmu.

OWNER MY HEART

Kepada siapa aku harus mengungkapkannya jika bukan kepadamu.


“Lihat ku disini…, kau buat ku menangis. Ku ingin menyerah, tapi tak menyerah. Ku coba lupakan, tapi ku bertahan. Kau terindah…, kan selalu terindah, aku bisa apa untuk memilikimu. Kau terindah…, kan selalu terindah, harus bagaimana ku mengungkapkannya…”


Jika semalaman hanya lirik ini yang berdengung di telinga, sudah berapa gelas air mata yang ku tampung untuk membuktikannya, bahwa aku sering kali menyesali kebodohanku sendiri untuk sekedar menahan rasa agar tidak sampai terucap dan terdengar hingga kau tahu apa yang aku pikirkan.  Maafkan aku yang begitu serakah tentang “pengakuan”, hingga sekarang aku merasa sebagian dari tubuh ini masih tersembunyi di balik punggungmu. AKu yang kau letakkan di sana, seolah hanya jadi beban, merasa tidak enak, tidak sesuai, tidak semestinya, atau mungkin tidak patut untuk dibanggakan. Aku hanya bisa menerka, dan sayangnya… terkaan-terkaan itu tidak satu pun yang dapat membuatku berhenti untuk tidak berpikir demikian.

Hanya kata maaf, sebenarnya aku hanya berniat untuk mengurangi apa yang akan kau lakukan untuk membuktikan apa yang ingin kau buktikan padaku. Aku hanya berusaha agar kau tidak perlu mengerahkan tenaga atau yang lainnya untuk menunjukkan sesuatu. Semua yang sudah terjadi bukannya aku tak mensyukuri, tapi aku terlalu mencintaimu, terlalu sayang hingga aku ingin semua orang tau bah aku adalag milikmu.

Tapi, kalau itu sulit bagimu. Begitu juga aku sulit untuk berhenti… berpikir.

KARENA

Aku pernah menghampiri jembatan

Tapi aku tidak berpikir untuk melompat
Aku pernah menginjak tebing
Tapi aku tidak berpikir untuk terjun
Aku pernah merajut tali
Tapi aku tidak berpikir untuk menjerat
Aku pernah memegang pisau
Tapi aku tidak berpikir untuk menusuk
Aku juga pernah berenang dan menyelam
Tapi aku tidak berpkir untuk tenggelam
Karena apa?
Aku menyesal
Menyesal sebelum mati jauh lebih berguna
Ketimbang, ya… kau taulah sendiri.

BIARIN

kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
kamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin
habisnya, terus terang saia, aku nggak percaya sama kamu
Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana
cuman, karena kamu merasa asing saja makanya
kamu selalu bilang seperti itu
kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarin
kamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin
soalnya, kalau aku nggak jadi bajingan mau jadi apa coba, lonte?
aku laki-laki. Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab itu
aku rampok hati kamu. Tokh nggak ada yang nggak perampok di dunia
ini. lya nggak? Kalau nggak percaya tanya saja sama polisi
habisnya, kalau nggak kubilang begitu mau apa coba
bunuh diri? Itu lebih brengsek daripada membiarkan hidup ini berjalan seperti kamu sadari sekarang ini
kamu bilang itu melelahkan. Aku bilang biarin
kamu bilang itu menyakitkan. Aku bilang biarin

NEGATIF

Melalui masa metamorfosa pola pikir membuat aku banyak tahu tentang apa itu yang dinamakan dengan kebencian, kemunafikan, ketidaksetiaan, dan keegoisan. Aku yang dulu selalu saja dianggap sebagai orang yang sabar karena karakter introvert ini, membuat mereka tidak tahu apa yang sebenarnya aku pikirkan dan apa yang aku rasakan. Menyimpan semua masalah itu sendiri sangatlah menyiksa batin, hingga tak jarang ketika aku bangun dari tidur, mata ini sembab. Menangis memang tidak ada gunanya, namun kadang dengan menangis aku merasakan suatu kenikmatan, keringanan, dan ketenangan, karena aku bisa bebas melepaskan semua penat itu kepadaNya dengan rentetan kata-kata permohonan yang disertai luapan emosi.
Tapi, hal itu tidak sepenuhnya benar, karena tidak semua orang yang menganggap aku bersabar. Ketika aku marah, aku diminta bersabar, ketika aku menangis, aku diminta bersabar juga, dan ketika aku melupakan masalah ini dengan cerita, yang ada hanyalah penolakkan. Jika caraku salah, aku terima semua penolakkan itu, tapi aku juga butuh seseorang yang dapat "membenarkan" atau tetap mendukungku tanpa harus memberi saran, karena pada dasarnya ketika aku marah aku juga sadar dengan kesalahan itu. Maka ketika aku dihadapkan dengan nasihat dari orang yang kuanggap dekat dan dapat memaklumi serta menerima aku dalam keadaan marah, tangis, atau pun tawa seperti aku adanya, tidak jarang aku anggap itu sebagai penolakkan. Aku tidak hanya butuh pemimpin, tapi aku juga butuh orang yang bisa "memaklumi" aku seperti aku yang berusaha memaklumi orang itu.
Mungkin aku lupa, tapi orang itu juga sering kali lupa. Aku yang sudah tersesat ini, semakin disesatkan dengan kegelisahan karenanya. Adakah hati yang dapat menerimaku, adakah jiwa yang mau memberiku, dan adakah jasad yang tidak menolakku saat aku butuh tempat bersandar.
Aku bertanya, "siapa di dunia ini yang mampu mengendalikan kecepatan pikiran?" Jika memang ada orang itu pastilah seorang hipnoter atau semacamnya. Negatif selalu akan menjadi negatif walaupun harus dihadapkan dengan hal-hal yang positif, karena pada dasarnya pula negatif hanya akan menjadi positif jika ia dihadapkan dengan sesuatu yang "negatif". Dari kesamaan itu, diharapkan akan menimbulkan suatu yang positif untuk waktu selanjutnya. Dengan sendirinya yang negatif itu pasti akan menjadi positif, karena keikhlasan.
Oleh karena itu, dibalik marahku, aku masih menyimpan sedikit kesadaran akan kesalahanku, dan disetelah kekhilafanku, aku butuh seseorang yang tidak hanya memberi ketenangan, tapi juga sandaran. Namun tidak aku temukan.
Bagiku yang terdekat saat ini hanyalah Ia.

JIKA

Doa berisi permintaan yang pernah aku haturkan beberapa waktu lalu, sempat dijawabNya, tapi sekarang sepertinya Tuhan sudah menarik semua jawaban atas permintaan aku tersebut. Aku tidak akan berprasangka buruk, meskipun dalam hati aku kecewa atas keputusanNya, aku tahu bahwasanya aku hanya bisa menerka-nerka, meraba di tempat gelap, mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sulit bagiku, jika Ia tak memberi cahaya barang sedikit saja, agar aku dapat melihat langkah kaki, berjalan tanpa harus tersandung. Karena aku sudah terlalu sering jatuh kemudian terluka, banyak luka yang masih meninggalkan bekas dan bahkan ada yang belum sembuh serta berbau. Aku sakit.
Sakit ini mungkin tidak seberapa sakit dibanding dengan sakit orang yang jauh lebih kuat menahan sakit. Aku hanya berpikir, beginikah ungkapan kasih Tuhan kepada hambaNya? Masalah yang bertubi-tubi, cobaan yang tak henti-henti, dan sakit yang sulit untuk disembuhkan oleh obat atau dokter manapun, terkecuali olehNya. Ya ya..., ini jalan yang Ia sediakan, meskipun bukan satu-satunya jalan, tapi inilah jalanNya. Ia memberi cobaan, karena Ia Mahamengetahui, debu-debu tidak akan terbang ke udara jika tak ada anginnya, debu-debu tidak akan basah dan memadat jika tak ada hujannya. Debu itu aku, aku yang diberi keringanan terkadang suka lupa daratan, terbang entah kemana, aku dekat denganNya ketika mengudara, tapi entah kenapa masih saja sulit bersyukur. Aku yang diberi beban berat, terkadang marah dan tidak pula bersykur, justru semakin berat untuk sekedar menengadahkan tangan. Aku salah.
Jika memang ia belum ingin memberiku lilin meski sebatang, tidak mengapa. Cukup berikan aku satu tempaan agar hati ini kuat dan ikhlas. Jauhkan aku dari keputusasaan, hapuskan aku atas harapan yang bukan kebutuhanku, dan biarkan aku terus berjalan atas bimbinganMu, melalui jalan gelap tanpa harus lenyap.

CORETAN BODOH

Hay tembok! Kenapa kau betah berdiam, membisu dan tidak bersuara sedikit pun. Padahal aku tahu, kau kepanasan ketika sisi luarmu terkena sengatan matahari yang terik menggigit, dan kau juga kedinginan bukan? Ketika kau tetap harus berada di luar sementara cuaca malam kian waktu kian membeku. Selain itu aku juga bingung denganmu tembok bagian luar, tidakkah kau iri melihat saudaramu yang tetap berada di dalam, kenapa kalian tidak saling membantu, bergiliran kan atau saling melindungi satu sama lain ketika yang satu terkena panas, dan yang mengigil kedinginan. Hhaaa entahlah! Dasar tembok yang bodoh!
Hay jendela! Kau sama saja dengan tembok bahkan kupikir kau lebih bodoh lagi daripadanya. Kerjamu hanya terdiam, tidak sedikitpun mengeluhkan panas dan dinginnya air hujan atau cuaca malam. Satu hal yang tidak kusuka darimu, kau selalu membiarkan cahaya matahari yang menyengat itu masuk ke dalam ruanganku. Hha! Apa saja kerjamu, kau hanya diam, tidak sekali kau ingin membalas marahku padamu. Ya sudahlah.
Hay pintu! Oups, aku lupa tidak ada pintu di ruanganku, hanya tirai yang menutupi jalan masuk menuju ruangan ini. Baiklah.., lemari? Yak, lemari! Hey lemari! Masih tidakkah kau ingin muntah dengan semua pakaian yang aku taruh berantakan dan kugantung sembarang di dalam rakmu. Jika ingin muntah, muntahlah...biar aku memiliki alasan untuk membuangmu dan menggantinya dengan yang baru, yang lebih besar. Tapi sepertinya itu tidak akan kulakukan, membuangmu sama saja membuang uangku, baru setahun lalu aku mengganti lemari lamaku dengan dirimu sekarang. Bernafaslah lebih lega, karena masih ada rasa kasih dalam diriku meski untuk benda mati sepertimu. Hoo? Benda mati?? *Baru tersadar.
Pantas saja sedari tadi aku bicara pada mereka, tembok, jendela, dan lemari ini sama sekali mereka tidak menggubris semua perkataanku. Hahaha..., maaf aku mengatai kalian dengan sebutan bodoh, ternyata aku yang tidak pintar. Kuharap kalian maklum, berhari-hari sepanjang waktu yang aku lakukan disini hanya diam, tidak seorangpun manusia yang menemaniku yang setidaknya bisa menemaniku berbicara. Aku sendiri dalam ruangan ini.
Tiba-tiba.
"Kamu tidak sendiri, ada kami disini yang menamimu", entah darimana suara-suara itu berasal. Aku mencari dalam tiap lipatan lemari, kupikir ada orang yang bersembunyi disana. Aku buka jendela, mungkin ada yang bergelantungan goredenku yang menyeruak keluar, tapi tidak seorangpun kutemukan disana. Lalu aku keluar, menuju balkon yang terhubung langsung dengan tembok luar ruanganku, kubergegas, namun...tidak ada seseorangpun yang bisa menempel didinding, terkecuali barangkali ada yang memanjat menggunakan tangga dan kemudian menempelkan mulutnya ke sisi tembok.
Aku kembali masuk ke ruangan. Apa yang kulihat ketika masuk? Kalian pikir mungkin aku gila, tapi ini sungguh terjadi, dan benar-benar aku lihat ternyata...tidak seorang pun ada dalam ruanganku. HHaaa mengecewakan yah? HAhaHAhaHA. Jadi siapa yang bersuara tadi??? KKKKKYYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!! Aku merinding! Siapa? Aku hanya bisa berkata "Siapa" dan Siapa" dalam hati, jantungku berdegup, detak-detik degup jantung yang begitu menggebu mencipatakan nada yang begitu sumbang, kacau tidak keruan. Siapa? Ingin berteriak, tapi....tiba-tiba aku kembali mendengar suara-suara tadi, "kami akan selalu bersamamu..", kali ini suaranya begitu jelas terdengar, arah suara itu kudengar dari luar jendela balkon. Aku menuju balkon, mencari kemana arah suara itu. Fyuuuuh..., kali ini aku bisa bernafas lega. Kalau tahu dari tadi ternyata suara itu dari tetangga sebelah yang anaknya sedang latihan drama bersama teman-temannya... Hhhuuft. Ya baiklah..., jadi disini, dalam ruangan ini aku memang SeeennnDiiiiiiiRiiiiiiiii.

SEPI

Ada yang bilang SEPI itu seperti bunga mawar, kadang indah namun juga diam-diam perlahan menusuk dengan duri-duri halusnya, wangi memang namun hanya sebentar kemudian hilang. Ada pula yang bilang SEPI itu seperti pisau, tajam dan pastinya sangat sakit ketika menancap di ulu hati kemudian tak bisa lepas. Ada juga yang bilang SEPI itu seperti selimut, memeluk kemudian mendekap hingga bikin sesak. Tapi SEPI ingin diartikan beda, coba pilah yang positifnya, SEPI seringkali diartikan bahwa kita sendiri dan jauh atau tidak bersama dengan orang-orang. Benar, pada kenyataannya SEPI kerap diartikan sempit karena adanya faktor spesialiasasi tersebut, SEPI karena tidak berteman.
Bagaimana dengan SEPI yang menurut saya juga mengalamai proses generalisasi? SEPI itu tidak bersuara, sunyi disekitar dan tidak ada aktivitas apapun, yang kamu dengar hanya suara dalam hatimu sendiri. SEPI itu karena jauh, bukan hanya jauh darinya tapi juga karena terlalu lama melupakanNYA. Ada 2 tambahan makna lagi disni, untuk tambahan yang pertama itu sudah lazim, pada dasarnya SEPI secara harfiah memang diartikan sebagai suasana yang sunyi, tanpa suara (menurut, KBBI). Sedangkan untuk makna tambahan kedua, bagaimana jika SEPI dikaitkan dengan hubungan vertikal antara manusia dan tuhannya.
Pernahkah terpikir saat sedang SEPI, dalam hati kamu bicara, seolah berbicara, berbincang namun entah dengan siapa. Mungkin pada awalnya, kamu bicara pada diri sendiri, mengeluh tentang SEPI, dan selanjutnya kamu mulai bertanya. Pada siapa awalnya kamu ajukan pertanyaan? Bisa jadi kepada "seseorang" yang menurutmu telah membiarkanmu kesepian, namun kamu tidak mendapat jawaban atas pertanyaan yang diajukan tersebut. Kemudian, kepada siapa lagi kamu akan mengajukan pertanyaan, jika ingin melanjutkan perbincangan setelah itu, kebanyakan di antara kalian akan kembali mengajukan pertanyaan (yakin atau tidak yakin), pertanyaan berikutnya akan kamu ajukan kepadaNYA. Sesuatu yang salah pada hidup menurut kalian, kadang kala itu bermula dari sesuatu yang salah yang telah kamu lakukan menurutNYA. Setiap apa yang dialami, bukan tidak mungkin karena ada sesuatu hal yang mendorongmu ke dalamnya atas kuasaNYA.
SEPI karena ditinggalkan seseorang tidak seberapa perih, karena perihnya juga akan hilang ketika kamu juga "pergi". Namun SEPI yang datang karena kamu terlalu lama meninggalkanNYA, lupa keberadaanNYA, akan jauh lebih terpuruk. Mungkin selama ini kamu terlalu menyayanginya, hingga kamu lupa akan kasih sayangNYA. Mungkin selama ini kamu terlalu patuh dan taat pada kata-katanya, hingga kadang kamu lupa bahwa kata-katanya itu sesungguhnya berasal dariNYA. Mungkin selama ini kamu terlalu bangga dan mengaguminya, padahal sebenarnya kebaikannya yang membuatmu kagum itu anugerahNYA.
Kamu sudah cukup lama bersamanya, dan IA cemburu akan hal itu. IA ingin mengingatkanmu, IA ingin menyadarkanmu, tentang siapa yang patut dipuji, dan kepada siapa kamu harus memuja. Maka dengan SEPI inilah kamu akan tahu, bahwa dekapan dan harumnya itu sesungguhnya membawamu padaNYA melalui indah doa dan besarnya harapan. Jika ikhlas, suatu saat nanti IA akan mempertemukanmu dengannya kembali di alam lain. INSYAALLAH.
SEPI itu menusuk karena ditinggalkannya, namun SEPI juga indah karena IA tetap bersamamu. SEPI itu pisau yang menancap di ulu hati ketika ia pergi, namun SEPI juga mendekap hangat karena IA masih melindungimu. SEPI juga terasa menyesakkan, namun SEPI juga akan terasa lapang karena IA memberimu kebesaran hati untuk ikhlas menerima semuanya

INGIN

Maaf, untuk hari ini dan seterusnya sampai pada batas waktu yang tidak bisa aku tentukan namun tentunya kau yang lebih mampu memastikannya, aku ingin lepas darimu. Selagi sendiri, biarkan aku dengan duniaku untuk sementara. Aku tidak ingin kau mengacaubalaukan hari-hariku dengan rindu ini. Rindu padamu sungguh menyiksa, bercermin pada kaca bening pun kulihat keruh di mata. Keruh oleh air mata yang tanpa diperintah ia lakukan sendiri tugasnya ketika hati diselubung jingga.
Jarak ini yang membuat aku kadang berhenti, tertunduk, kemudian terdiam memandangi kaki seperti lumpuh. Seolah enggan melihat ke belakang, karena aku tahu kau pasti menungguku di sana. Tapi lagi-lagi jika aku melihat ke belakang, sudah pasti rindu ini juga akan mengaburkan rencana kecil kita saat kau datang padaku nanti.
Aku cuma ingin menyembunyikan ketidaksenangan ini dengan cara yang aku bisa, meskipun itu salah terhadapmu. Memalingkan kesenangan yang biasanya denganmu, buat aku kadang lupa dengan rindu ini padamu. Buat aku hilangkan sedih yang bersanding serta dengan rindu itu. Aku rindu tapi juga sedih, ingin memperdengarkan tangis karena rindu ini pun aku malu, apalagi memperlihatkan padamu bahwa aku menangis karena menahan rindu, sungguh-sungguh aku lemah jika harus "merindukan".
Bukan hanya perpisahan yang tidak kusuka, tapi rindu setelah perpisahan itu yang tak kusanggupi untuk penuhinya. Meskipun untukmu perpisahan ini memang hanya sementara, tapi aku memang benar-benar lemah jika jauh darimu saat ini. Aku disni sudah sendiri, apalagi tanpamu.
Maafkan caraku yang membuatmu jadi begini. Ingin sedih ini hanya aku saja yang alami, tapi bodohnya aku yang tidak memikirkan bahwa semakin aku mengasingkan diriku sendiri dalam duniaku sendiri, membuatmu juga akan semakin terasing sendiri. Tapi hanya itu satu-satunya yang terlintas dalam pikiranku saat ini, menjauhkan rindu dan melupakan sedih, agar aku tidak menuntut banyak padamu serta memaksamu untuk memenuhi ingin ku untuk segera bertemu. Aku menduakan pikiranku, namun tidak hati ini. Sebab aku merindukanmu, bukan untuk sekedar datang kemudian pergi, tapi aku merindukanmu untuk menetap disini, bersamaku hingga akhir. Aku merindukanmu, karena aku merindukanmu, tidak ada alasan lain.

YAKIN

Wahai Tuhan.
Aku tahu kita tak saling bicara.
Tapi tentunya Kau masih ingat aku,
sebagaimana aku yang tidak pernah menyangkalMu,
dan jika ini adalah detik-detik penghabisanku, maka jangan bebaskan aku bicara semauku terhadapMu.
Jangan biarkan hati ini kesal padaMu di dalam kepasrahanku. Aku tahu, di sepanjang hidup, Engkau selalu memberikan segala sesuatu dengan tidak mudahnya.
Dengan cara-cara unik, Kau tunjukkan keagungan.
Kau, dengan teka-tekiMu bernama takdir.
Bahkan di saat seperti ini, ada saja cara orang membuatku tertawa sekaligus tersindir.
Dengan pertanyaan yang sekilas tampak seperti pertanyaan biasa, tapi sesungguhnya itu sungguh sangat menjatuhkan aku. Tidak dihadapanMu, melainkan dihadapan kesombongan diriku sendiri."

TAKUT

Saya bukan sesorang yang teguh pendirian, kadang saya berpikir A, namun dalam waktu singkat atau agak lama bisa juga berubah menjadi B atau C bahkan tidak menutup kemungkinan akan jadi D, E, F, dan seterusnya. Plin-plan? yah silahkan berpikir demikian, yang saya tahu seteguh-teguhnya hati seseorang, baik itu bagai karang atau gunung sekalipun. Pada akhirnya karang juga akan terkikis sedikit demi sedikit, dan gunung bisa juga ditembus bahkan dihancurkan oleh tangan manusia lainnya. Lantas keteguhan hati seperti apa yang benar-benar bisa dikatakan "teguh pendirian"? Tolong jelaskan jika Anda bisa mendeskripsikannya.
Teguh hati seorang insan, hanya sebatas hembusan nafas Allah, hanya hembusan. Tidak ada manusia yang sempurna, semua mengetahui itu. Meskipun kadang goyah, keteguhan hati seseorang yang bersifat temporer patut dihargai, setidaknya ada usaha di dalam keteguhan hati itu. Layaknya seseorang yang berusaha mengambil jalan lain untuk menempuh kehidupan baru yang jauh lebih baik. Pilihan  tersebut tentunya bukan hanya untuk orang yang memilih, melainkan juga membutuhkan dukungan dari orang yang tidak atau belum memilih pilihan tersebut. Sebaik-baiknya seseorang menjaga dirinya sendiri, tidak akan jadi baik jika orang-orang disekitar tidak ikut menjaga dirinya juga. Segala sesuatu perlu timbal balik, sehingga adanya fungsi diciptakan hubungan sosial itu benar-benar nyata.
Sekali lagi, saya memang bukan orang yang teguh pendirian, tapi paling tidak saya selalu diajarkan untuk "takut", rasa takut itulah yang kadang membuat saya jadi rapuh sekaligus teguh. Semoga rasa takut ini selalu ada dalam batin saya, ketika menghadapai segala sesuatu yang dapat menjauhkan saya dariNya. Amin.

#sekarang saya lemah, saya butuh dukungan.

CATATAN KAKI

Pada rintik hujan, ingin kubasuh lukamu
Jika tak cukup airnya
Kurelakan air mata ku lebur di dirimu
Cukuplah kau menangis
Karena saat terlahir kita juga menangis
Dada ini juga, tapi kau damai disana

****
Jiwa yang tunduk pada kodrat
tak terpenjara gelap pekat
malam sama cerahnya dengan pagi
pengembaraan jiwa tak terhenti
hanya karena asa tak tercapai
ketika sinar hadir kita takut manatap cermin diri

TERIMA KASIH (tentang hujan)

Menuliskan sesuatu tentang hujan akan mengiterpretasikan dua persepsi yang berbeda dari fenomena alam satu ini. Sebagian mengatakan ini melambangkan rezeki atau anugerah, dan sebagian lain mengatakan ini adalah kedukaan. Apapun pertanda yang diciptakan hujan, yang saya pahami baik secara ilmiah maupun dari segi agama keduanya merupakan harta yang sudah semestinya dijaga dan dimanfaatkan sebagaimanamestinya.
Hujan ini adalah anugerah, berarti Tuhan memberimu kehidupan melalui turunnya jutaan rintik air ke bumi luas.Kenapa kehidupan, karena hujan menurunkan air dan air adalah lambang kehidupan, kehidupan itu adalah anugerah dari Yang Mahapencipta. Selalu kembali padaNya. Hujan memberi sumbangan ilmu pengetahuan tentang alam, di laut terjadi penguapan terbesar oleh suhu udara panas yang mengakibatkan uap air tersebut membentuk awan, awan tertiup angin hingga terbawa ke daratan, di langit atas daratan awan-awan saling bertumbuk dan menjatuhkan tampungan air di dalamnya. Air jatuh dengan deras, dari langit menuju ke tanah, kemudian tanah menyerap, di dalam tanah air terus saja mengalir hingga kembali ke laut, terjadi penguapan kembali, tiupan angin lagi yang membawa awan uap air ke daratan, teradi tumbukan lagi, dan akhirnya hujan kembali. Seperti siklus, apapun yang berasal darinya atau dariNya, maka akan kembali kepadanya atau kepadaNya. Ini adalah ciptaanNya untuk ciptaanNya.
Selain itu, seperti disinggung sebelumnya tentang hujan yang dikonotasikan sebagai kedukaan. Warna kedukaan adalah hitam, hitam tidak mewarnai turunnya hujan, yang ada hanya awan kelabu, itu pun tidak hitam. Kelabunya memang tidak enak dipandang mata, tapi ingat kan pepatah yang berbunyi "jangan menghakimi seseorang hanya dari tampilan luar"? Disini pepatah itu dapat diterapkan, kata "seseorang" kita ganti dengan kata "awan" maka "jangan menghakimi awan hanya dari warnanya saja", karena biarpun  kelabu, suram atau gelap bukan berarti ia tidak memberi kecerahan selain Ia juga memang dapat memberi bencana melalui datangnya hujan.
Satu lagi analogi, perbandingan itu perlu. Namun jangan hanya dari segi perbedaan tapi cobalah untuk melihat dari persamaannya juga. Syukuri dan Ikhlaskan. InsyaAllah kita semua terlebih untuk diri saya sendiri dapat memahami arti penting dari dua kata ini "Terima Kasih".

SSSSSSSSSSSSSSSSSSTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Saya pilih diam jika saya tidak senang
Saya pilih diam jika saya tidak setuju
Saya pilih diam jika saya tidak bisa lagi berbuat apa-apa

Apapun itu, yang aku lakukan jika sudah tidak diakui
maka aku pilih untuk DIAM
Entah kenapa selalu saja aku diam
jika merasa tidak senang
dan Entah kenapa selalu saja aku jadi diam
jika ada yang tidak aku setujui
Entahlah...!
Jangan ajukan lagi pertanyaan kenapa
Apalagi bagaimana, dan apa yang harus aku lakukan
Karena aku pilih DIAM
DIAM, tak banyak bicara
DIAM, tak berpihak pada siapa
DIAM, tak kuasa
Jujur, aku sudah tenang dengan diam
sebaiknya kau pergi jika tidak bisa diam
aku bukan manusia yang senang dengan keberdiaman orang lain
meskipun aku sendiri saja senang dengan diam
Ingin tertawa lepas, berteriak, menangis namun tidak meratap
Ingin melempar sesuatu ke dinding hingga mendera
Tapi aku lebih ingin DIAM.
Menyimpan amarah bahkan cinta sekalipun rapi dalam DIAM
Karena yang aku tahu, dan aku pahami....
Diam menjadikan aku mengerti segalanya.

SSSSssttt......!
(diam dan dengar kemudian lihat apa yang akan ia lakukan)

ALONE

Purity once had a name,
And beauty once had a face.
Life once had a meaning,
And once I was safe.
Once there was freedom,
And once I could laugh.
Happiness once was alive,
And once I had another half.
Once I shared her love,
Once I was by her side,
Once I felt I fitted,
So quickly that died.
Her grace so great,
Her beauty so vast,
All I ever wanted,
Was for it to last.
Fate maybe had another plan,
Or maybe she had another love,
But it all fell apart,
The hand too big for the glove.
Now it’s all died away,
Happiness, joy, love; all memories.
Now I walk alone in this dark, dark world,
With no light to guide my way.


INI TENTANG KEHILANGAN (TRUE STORY)

Aku adalah seorang perempuan yang terlahir dengan nama Nayla. Aku dan Indah di pertemukan di sebuah tempat bimbingan belajar sejak dua tahun lalu. Memang kita bertemu hanya 3 kali dalam seminggu, tapi sekali kita bertemu kebersamaan itu selau hadir di antara kita.
    Sahabatku, Indah, dia selalu ada untuk ku di saat aku ingin bercerita banyak tentang dongeng nyata dalam keseharian ku. Begitu juga aku untuknya. Dongeng nyata yang aku maksud itu adalah Ardi. Ya, Ardi adalah sosok lelaki yang sangat tulus mencintaiku, dia kekasihku.Awalanya, aku menganggap Ardi hanya ingin mempermainkan ku saja. Dan itu yang membuatku mengawali hubungan dengannya tanpa ada rasa. Tetapi pada akhirnya juga aku menyadari ketulusan hatinya saat mencintaiku.
     Malam ini, sebelum jam bimbingan belajar di mulai, aku dan Indah sempat membicarakan tentang masa depan kita nanti, tentang rencana masa depan kita memilih Sekolah Menengah Atas terfavorit di kota ini. Saat berbicara dengan Indah, aku baru sadar, Indah begitu bersemangat ketika aku menyelipkan pembicaraan tentang dimana Ardi akan melanjutkan pendidikannya. Matanya berbinar-binar, penuh kesan dan keingin tahuan yang lebih tentang masalah ini. Akupun mulai menangkap sesuatu firasat yang sedikit membuat detak jantungku berhenti sejenak. Apa mungkin? Ah ku rasa tidak. Mungkin itu hanya firasatku saja. Indah tidak mungkin punya rasa pada Ardi, kekasih sahabatnya sendiri.
    Aku memang perempuan yang memiliki rasa kecemburuan yang tinggi, apalagi jika masalah itu menyangkut Ardi. Maka dari itu, selama ini Ardi selalu berusaha menjaga perasaan ku. Aku tahu, dia tak ingin melukai ataupun menyakiti hati ku. Selama ini, Indah dan Ardi telah mengenal sejak sekian lama melalui dunia maya. Ya, jejaring social facebooklah yang telah mengenalkan mereka. Dan dari situlah aku menemukan keakraban mereka. Tetapi, seiring berjalannya waktu, hati ini mulai resah ketika aku mulai menyadari Indah mulai memberikan perhatian yang lebih kepada Ardi. Aku hanya bisa terdiam membisu seribu bahasa, itu tidak berarti aku tidak cemburu. Aku hanya menunggu waktu yang berputar kian cepat menggantikan hari demi hari untuk mendapat kejelasan yang selama ini memberiku sejuta pertanyaan dan tanda Tanya di hati kecil ku. Tentu saja aku tidak ingin Indah dan Ardi tahu, tentang apa yang terjadi  pada hatiku ini, perasaan ini, tentang rasa cemburu yang semakin membara dan semakin tak bisa ku pendam ini.
Pagi itu di sekolah, Ardi menghampiriku ketika menuju ke kantin “hai” sapanya untukku. Dia memulai sapaan dan tersenyum padaku, seakan ingin berbicara denganku lebih banyak lagi. “hai juga” akupun membalas sapaan itu, membuang muka dan beranjak kembali ke kelas. Sebenarnya aku tak ingin melakukan itu, tapi hatiku sudah terlanjur sakit karena kecemburuanku telah memuncak. Aku tahu Ardi melihatku dengan kecewa. Pasti sekarang dia mulai bingung dan bertanya-tanya tentang sikapku dan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan dia.
***
    Sesampainya di rumah, aku melihat di layar handphone ku sudah masuk 3 pesan dari Ardi.
‘ kamu kenapa? Apa kamu ada masalah? Kalau memang ada masalah, tolong cerita ya?’
 ‘nggak ada kok, aku malah lebih berterima kasih jika kamu memberi aku waktu untuk sendiri.’ jawabku.
 Tapi aku tunggu sampai sore pun belum ada balasan dari Ardi, untuk membalas pesanku tadi.
    Malam itu ketika di tempat bimbingan belajar, entah mengapa saat bertemu Indah, sahabatku sendiri, rasanya begitu benci. Tapi rasa ini bukan yang aku inginkan.
    “Tuhan, jauhkan perasaan benci ini dari ku, aku tak ingin memiliki prasangka buruk kepada sahabatku sendiri”. Gumamku dari dalam hati.
    “Nayla, kamu tahu nggak dari tadi sore aku SMSan loh sama Ardi. Ternyata Ardi itu anaknya seru juga ya? Tadi aku sempet curhat-curhat gitu sama Ardi, aku merasa tenang begitu baca SMS-SMS dari dia”. Ujar Indah memulai pembicaraanya.
    Aku hanya tersenyum, tetapi ingin juga Menangis! Marah! Atas apa yang dilakukan Ardi hari ini kapada ku. Aku sangat kecewa! Seharusnya aku tidak perlu melakukan ini, bukan berarti setelah apa yang aku lakukan di sekolah tadi kepadanya, membuat Ardi melampiaskan dengan asyik SMS Indah seperti itu.
***
    Malam ini, aku mencoba untuk menenangkan diri sejenak. Aku hanya bisa melampiaskan di status jejaring social, Facebook ku.
    ‘Jika memang harus berakhir.’ Ketik singkat dari ku kemudian post di Facebook. Saat itu juga aku melihat status terbaru dari Ardi di beranda ku.
    ‘Yang kau ingin katakanlah, yang kau mau katakanlah padaku.’ Ini status Ardi. Kemudian aku langsung klik keluar di pojok kiri halaman Facebook ku.
   
    Beberapa detik kemudian, Handphone ku berbunyi dan terlihat di layar handphone ku pesan dari Indah.
    ‘nay, besok sepulang sekolah Ardi mengajak ku jalan lohh. Kamu ikut ya? Biar tambah rame’.
    Entah apa yang ada di fikiran Indah saat itu. Apa Indah lupa kalau Ardi itu siapa ku sekarang? Ya Tuhan, entah apa yang harus aku perbuat sekarang? Aku sedih mendengar ini semua. Kemudian aku membalas pesan Indah.
    ‘Terima kasih Indah, selama ini aku sudah cukup puas dengan apa yang telah kamu perbuat sama aku. Mungkin, mulai malam ini atau besok atau kapankah, Ardi bakal jadian sama kamu. Dan persahabatan kita juga nggak perlu di terusin lagi. Thanks sudah mau menjadi sahabatku selama ini. Aku sangat Kecewa!’ balasku dan kemudian klik send.
    Balasan pesan Indah juga tak cukup lama, pesan itu yang berisi cacian-cacian untuk ku. Aku pun tidak merespon balasan dari Indah.
    Tidak lama kemudian, Ardi menelpon ku dengan segera aku mengangkat dan menjawab telpon Ardi.
    “Ardi, terima kasih untuk ketulusan hatimu selama ini untuk aku. Aku harap kamu jangan kaget mendengar keputusanku ini, sampai di sini saja hubungan kita, entah apa jawabanmu yang penting aku serius bilang itu tadi”. Akhirnya terlontar juga dari bibir ku ini, aku langsung menutup telpon Ardi. Tanpa aku beri kesempatan untuk Ardi berbicara, mungkin Ardi masih terlalu kaget dengan keputusan ku tadi atau mungkin Ardi merasa senang mendengar keputusanku tadi.
    Malam semakin larut, jam ternyata sudah menunjukan pukul 21.45 seharusnya jam segini aku sudah tertidur pulas. Tapi tidak untuk malam ini. Aku mengambil buku harianku yang aku beri nama dengan sebutan SKETCHES OF MIND. Ku tuliskan di dalamnya. 
    Rabu, 7 Desember 2010 
    Aku tak mengerti apa yang telah aku perbuat, dan aku tak mengerti apa yang Ardi perbuat. Aku kehilangan dua cinta hari ini. Cinta seorang sahabat dan cinta seorang kekasih hanya karena penghianatan dani kecemburuan. Terima kasih Ardi,Indah,untuk selama ini. Maafkan aku yang telah membuat kalian kecewa.


***


2 minggu kemudian . . .
Gerah jiwa yang mengembun dari dalam duka dan resah menunduk diam hati mencari kompensasi jati diri.
“nay, apa kamu masih betah disini?” aku segera menutup buku hariannya    mendapati Gina sedang duduk manis di sebelahnya.
“kenapa? Kalau kamu sudah bosan pulang saja dulu. Aku masih ingin menikmati senja itu.” Aku menatap lurus ke depan. Gina mendesah lirih.
“ya sudah, aku duluan ya? Jangan terlalu sore pulangnya.” Gina beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan ku sendiri yang masih terpaku senja ini.
“Gina andai saja kamu tahu. Aku sakit sekali rasanya mengingat kejadian 2 minggu lalu. Aku menyesalkan kejadian itu.” Gumamku dalam hati.
Aku bergumam dalam resahku, meratapi pertemuanku Ardi tempo hari. Ketika aku bertemu Ardi di sebuah tempat pameran. Untuk sejenak, Ardi tertegu menatapku. Melihatku dari ujung kepala sampai ujung kakiku. Dan belum sempat aku menyapa, Ardi berlalau tanpa mengatakan “hai” atau “Nayla” tidak di sangka begitu berubahnya Ardi sampai manyapaku pun enggan?
Tapi ya sudah lah itu semua masa lalu. Sekarang bagaimana caraku agar bangkit dan tidak tenggelam dalam masa lalu. Semoga saja, masa lalu kelam tidak terulang kembali. Indah dan Ardi sudah tidak berhubungan lagi. Semenjak kejadian itu. Mereka telah menemukan kehidupannya masing-masing. Indah sudah memutuskan untuk pindah kelas agar mempersulit bertemu denganku, dan Ardi, aku sudah tidak bertemu dengannya lagi, sekarang Ardi bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas di kota ini. Begitu juga aku yang telah menemukan menjalani hari-hari tanpa Ardi. Memang aku merindukannya saat ini dan sampai saat nanti. Tapi aku tidak ingin menyesali lagi kondisi ini karena hidup harus tetap berlanjut.

   
the real figures :
Ardi => Achmad Alfiansyah
Indah => Indah
Nayla => Maulia Rahma Fitria
Gia => Munaela Zulfiah