Jumat, 13 Januari 2012

INI TENTANG KEHILANGAN (TRUE STORY)

Aku adalah seorang perempuan yang terlahir dengan nama Nayla. Aku dan Indah di pertemukan di sebuah tempat bimbingan belajar sejak dua tahun lalu. Memang kita bertemu hanya 3 kali dalam seminggu, tapi sekali kita bertemu kebersamaan itu selau hadir di antara kita.
    Sahabatku, Indah, dia selalu ada untuk ku di saat aku ingin bercerita banyak tentang dongeng nyata dalam keseharian ku. Begitu juga aku untuknya. Dongeng nyata yang aku maksud itu adalah Ardi. Ya, Ardi adalah sosok lelaki yang sangat tulus mencintaiku, dia kekasihku.Awalanya, aku menganggap Ardi hanya ingin mempermainkan ku saja. Dan itu yang membuatku mengawali hubungan dengannya tanpa ada rasa. Tetapi pada akhirnya juga aku menyadari ketulusan hatinya saat mencintaiku.
     Malam ini, sebelum jam bimbingan belajar di mulai, aku dan Indah sempat membicarakan tentang masa depan kita nanti, tentang rencana masa depan kita memilih Sekolah Menengah Atas terfavorit di kota ini. Saat berbicara dengan Indah, aku baru sadar, Indah begitu bersemangat ketika aku menyelipkan pembicaraan tentang dimana Ardi akan melanjutkan pendidikannya. Matanya berbinar-binar, penuh kesan dan keingin tahuan yang lebih tentang masalah ini. Akupun mulai menangkap sesuatu firasat yang sedikit membuat detak jantungku berhenti sejenak. Apa mungkin? Ah ku rasa tidak. Mungkin itu hanya firasatku saja. Indah tidak mungkin punya rasa pada Ardi, kekasih sahabatnya sendiri.
    Aku memang perempuan yang memiliki rasa kecemburuan yang tinggi, apalagi jika masalah itu menyangkut Ardi. Maka dari itu, selama ini Ardi selalu berusaha menjaga perasaan ku. Aku tahu, dia tak ingin melukai ataupun menyakiti hati ku. Selama ini, Indah dan Ardi telah mengenal sejak sekian lama melalui dunia maya. Ya, jejaring social facebooklah yang telah mengenalkan mereka. Dan dari situlah aku menemukan keakraban mereka. Tetapi, seiring berjalannya waktu, hati ini mulai resah ketika aku mulai menyadari Indah mulai memberikan perhatian yang lebih kepada Ardi. Aku hanya bisa terdiam membisu seribu bahasa, itu tidak berarti aku tidak cemburu. Aku hanya menunggu waktu yang berputar kian cepat menggantikan hari demi hari untuk mendapat kejelasan yang selama ini memberiku sejuta pertanyaan dan tanda Tanya di hati kecil ku. Tentu saja aku tidak ingin Indah dan Ardi tahu, tentang apa yang terjadi  pada hatiku ini, perasaan ini, tentang rasa cemburu yang semakin membara dan semakin tak bisa ku pendam ini.
Pagi itu di sekolah, Ardi menghampiriku ketika menuju ke kantin “hai” sapanya untukku. Dia memulai sapaan dan tersenyum padaku, seakan ingin berbicara denganku lebih banyak lagi. “hai juga” akupun membalas sapaan itu, membuang muka dan beranjak kembali ke kelas. Sebenarnya aku tak ingin melakukan itu, tapi hatiku sudah terlanjur sakit karena kecemburuanku telah memuncak. Aku tahu Ardi melihatku dengan kecewa. Pasti sekarang dia mulai bingung dan bertanya-tanya tentang sikapku dan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan dia.
***
    Sesampainya di rumah, aku melihat di layar handphone ku sudah masuk 3 pesan dari Ardi.
‘ kamu kenapa? Apa kamu ada masalah? Kalau memang ada masalah, tolong cerita ya?’
 ‘nggak ada kok, aku malah lebih berterima kasih jika kamu memberi aku waktu untuk sendiri.’ jawabku.
 Tapi aku tunggu sampai sore pun belum ada balasan dari Ardi, untuk membalas pesanku tadi.
    Malam itu ketika di tempat bimbingan belajar, entah mengapa saat bertemu Indah, sahabatku sendiri, rasanya begitu benci. Tapi rasa ini bukan yang aku inginkan.
    “Tuhan, jauhkan perasaan benci ini dari ku, aku tak ingin memiliki prasangka buruk kepada sahabatku sendiri”. Gumamku dari dalam hati.
    “Nayla, kamu tahu nggak dari tadi sore aku SMSan loh sama Ardi. Ternyata Ardi itu anaknya seru juga ya? Tadi aku sempet curhat-curhat gitu sama Ardi, aku merasa tenang begitu baca SMS-SMS dari dia”. Ujar Indah memulai pembicaraanya.
    Aku hanya tersenyum, tetapi ingin juga Menangis! Marah! Atas apa yang dilakukan Ardi hari ini kapada ku. Aku sangat kecewa! Seharusnya aku tidak perlu melakukan ini, bukan berarti setelah apa yang aku lakukan di sekolah tadi kepadanya, membuat Ardi melampiaskan dengan asyik SMS Indah seperti itu.
***
    Malam ini, aku mencoba untuk menenangkan diri sejenak. Aku hanya bisa melampiaskan di status jejaring social, Facebook ku.
    ‘Jika memang harus berakhir.’ Ketik singkat dari ku kemudian post di Facebook. Saat itu juga aku melihat status terbaru dari Ardi di beranda ku.
    ‘Yang kau ingin katakanlah, yang kau mau katakanlah padaku.’ Ini status Ardi. Kemudian aku langsung klik keluar di pojok kiri halaman Facebook ku.
   
    Beberapa detik kemudian, Handphone ku berbunyi dan terlihat di layar handphone ku pesan dari Indah.
    ‘nay, besok sepulang sekolah Ardi mengajak ku jalan lohh. Kamu ikut ya? Biar tambah rame’.
    Entah apa yang ada di fikiran Indah saat itu. Apa Indah lupa kalau Ardi itu siapa ku sekarang? Ya Tuhan, entah apa yang harus aku perbuat sekarang? Aku sedih mendengar ini semua. Kemudian aku membalas pesan Indah.
    ‘Terima kasih Indah, selama ini aku sudah cukup puas dengan apa yang telah kamu perbuat sama aku. Mungkin, mulai malam ini atau besok atau kapankah, Ardi bakal jadian sama kamu. Dan persahabatan kita juga nggak perlu di terusin lagi. Thanks sudah mau menjadi sahabatku selama ini. Aku sangat Kecewa!’ balasku dan kemudian klik send.
    Balasan pesan Indah juga tak cukup lama, pesan itu yang berisi cacian-cacian untuk ku. Aku pun tidak merespon balasan dari Indah.
    Tidak lama kemudian, Ardi menelpon ku dengan segera aku mengangkat dan menjawab telpon Ardi.
    “Ardi, terima kasih untuk ketulusan hatimu selama ini untuk aku. Aku harap kamu jangan kaget mendengar keputusanku ini, sampai di sini saja hubungan kita, entah apa jawabanmu yang penting aku serius bilang itu tadi”. Akhirnya terlontar juga dari bibir ku ini, aku langsung menutup telpon Ardi. Tanpa aku beri kesempatan untuk Ardi berbicara, mungkin Ardi masih terlalu kaget dengan keputusan ku tadi atau mungkin Ardi merasa senang mendengar keputusanku tadi.
    Malam semakin larut, jam ternyata sudah menunjukan pukul 21.45 seharusnya jam segini aku sudah tertidur pulas. Tapi tidak untuk malam ini. Aku mengambil buku harianku yang aku beri nama dengan sebutan SKETCHES OF MIND. Ku tuliskan di dalamnya. 
    Rabu, 7 Desember 2010 
    Aku tak mengerti apa yang telah aku perbuat, dan aku tak mengerti apa yang Ardi perbuat. Aku kehilangan dua cinta hari ini. Cinta seorang sahabat dan cinta seorang kekasih hanya karena penghianatan dani kecemburuan. Terima kasih Ardi,Indah,untuk selama ini. Maafkan aku yang telah membuat kalian kecewa.


***


2 minggu kemudian . . .
Gerah jiwa yang mengembun dari dalam duka dan resah menunduk diam hati mencari kompensasi jati diri.
“nay, apa kamu masih betah disini?” aku segera menutup buku hariannya    mendapati Gina sedang duduk manis di sebelahnya.
“kenapa? Kalau kamu sudah bosan pulang saja dulu. Aku masih ingin menikmati senja itu.” Aku menatap lurus ke depan. Gina mendesah lirih.
“ya sudah, aku duluan ya? Jangan terlalu sore pulangnya.” Gina beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan ku sendiri yang masih terpaku senja ini.
“Gina andai saja kamu tahu. Aku sakit sekali rasanya mengingat kejadian 2 minggu lalu. Aku menyesalkan kejadian itu.” Gumamku dalam hati.
Aku bergumam dalam resahku, meratapi pertemuanku Ardi tempo hari. Ketika aku bertemu Ardi di sebuah tempat pameran. Untuk sejenak, Ardi tertegu menatapku. Melihatku dari ujung kepala sampai ujung kakiku. Dan belum sempat aku menyapa, Ardi berlalau tanpa mengatakan “hai” atau “Nayla” tidak di sangka begitu berubahnya Ardi sampai manyapaku pun enggan?
Tapi ya sudah lah itu semua masa lalu. Sekarang bagaimana caraku agar bangkit dan tidak tenggelam dalam masa lalu. Semoga saja, masa lalu kelam tidak terulang kembali. Indah dan Ardi sudah tidak berhubungan lagi. Semenjak kejadian itu. Mereka telah menemukan kehidupannya masing-masing. Indah sudah memutuskan untuk pindah kelas agar mempersulit bertemu denganku, dan Ardi, aku sudah tidak bertemu dengannya lagi, sekarang Ardi bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas di kota ini. Begitu juga aku yang telah menemukan menjalani hari-hari tanpa Ardi. Memang aku merindukannya saat ini dan sampai saat nanti. Tapi aku tidak ingin menyesali lagi kondisi ini karena hidup harus tetap berlanjut.

   
the real figures :
Ardi => Achmad Alfiansyah
Indah => Indah
Nayla => Maulia Rahma Fitria
Gia => Munaela Zulfiah

1 komentar:

  1. Wahhh, Sayang. Sad Ending -_______-
    saya masuk jadi pemain yaa?

    ohh Terima kasihh ^^

    By The Way, Gina ato Gia ?

    BalasHapus